Membaca Wastra Tenun Dari Perspektif Perancang Busana

Beberapa tahun belakangan, popularitas wastra tenun beberapa daerah nusantara seakan menemukan Golden Age nya, termasuk wastra tenun dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Timur, khususnya lagi kekayaan wastra tenun dari Pulau Flores.

Bila sebelumnya kain tenun hanya dipakai untuk ragam acara dan kegiatan adat, kini wastra terhubung pada kebutuhan yang lebih luas dengan pengembangan pola dan motif yang lebih kaya, selain tentu saja pola dan motif yang memang sudah pakem dan tak bisa diubah dan dikembangkan. Kain tenun kemudian bisa dimiliki dan dipakai oleh siapa saja serta bisa digunakan untuk berbagai keperluan termasuk mendesainnya menjadi banyak bentuk pakaian dan muncul pada ragam acara pameran busana baik skala nasional maupun internasional. Kain tenun telah menjadi wastra yang terhubung ke komunitas global.

Dalam konteks mengembangkan dan mendesain kain tenun menjadi ragam bentuk dan model pakaian, para perancang busana memainkan peran penting. Para desainer diniscayakan memiliki pengetahuan untuk menerjemahkan keindahan pola dan motif tenun ke dalam banyak bentuk dan model pakaian seperti baju, celana, rok, dan lainnya.

“Saya termasuk orang yang anti memotong kain. Itu bentuk penghargaan kita kepada para penenun. Tentu, tiap orang juga punya selera berbeda-beda”, kata Dian Oerip, seorang perancang busana yang selama tiga belas tahun terakhir merancang busana dari bahan wastra nusantara khususnya kain tenun pewarna alam dan aktif mengenalkannya ke pasar global melalui kegiatan pameran busana di banyak negara.

Beberapa bulan terakhir selama pandemi ini, Dian Oerip mencoba membantu menjembatani langsung para penenun di komunitas dengan para pecinta kain tenun, para kolektor, dan para pecinta fashion dari bahan tenun dengan melakukan penjualan langsung dari komunitas penenun via LIVE IG di akun instagramnya @dian_oerip yang memiliki puluhan ribu followers yang mayoritas adalah para pecinta wastra nusantara, sosialita, dan pecinta fashion berbahan tenun. Sebuah upaya dan niat baik untuk membantu komunitas penenun yang penjualannya menurun drastis di masa pandemi.

Foto & Teks: Boe Berkelana